Artikel Ilmiah Tema: Ilmu Pengetahuan :Karakteristik, Metodologi dan Peranannya Bagi Kemaslahatan Umat Manusia.



Nama               : Alvyn Naufal Mahmaris
NIM                : 1445143176 (MP B/2014)
UTS                 : Filsafat Pendidikan
Dosen              : Dr. Suryadi

Artikel Ilmiah
Tema:
Ilmu Pengetahuan :Karakteristik, Metodologi dan Peranannya Bagi Kemaslahatan Umat Manusia.
Di dalam sebuah artikel yang saya tulis dengan pemahaman saya mengenai tajuk di atas, saya mencoba memperkenalkan ini dengan membuka suatu pembahasan yang mudah diserap dan dimengerti oleh para pembaca.Dengan sajian yang tidak begitu kaku, mengalir dan mudah dipahami.Juga sering kali saya menulis dalam bentuk karangan puisi atau tulisan sehari-hari (dairy), namun kali ini saya mencoba meluapkan segala pemikiran saya mengenai filsafat ilmu yang telah di ajarkan dosen saya dalam bentuk artikel.Berbekalkan ilmu yang beliau berikan kepada kami termasuk juga saya. Akan saya berikan apa yang saya tahu di ke tahuan saya dalam tajuk ini, dan mungkin ada banyak kemungkinan yang dapat saya ambil lewat pengetahuan saya. Cobalah memahami dan memikrkan apa yang seharuskan pembaca pikirkan dalam hati kalian. Tidak usah terburu-buru, santai saja.Nikmatilah alur yang ada.
Pada dasarnya, suatu unsur kehidupan ada, yaitu saat dimana setiap manusia pernah berpikir. Dalam pemikirannya yang sederhana ini, manusia akan menemukan jawaban dari setiap permasalahannya. Memang, bahwasanya hidup adalah tidak akan lepas dari masalah. Manusia diciptakan dengan membawa suatu problema yang mereka ini di wajibkan untuk menyelesaikannya.Manusia diberikan akal untuk berpikir, dan juga hati untuk merasakan. Dengan mencoba menelisik apa yang ingin di pikirkan manusia. Dan apa yang manusia rasakan dalam pemikirannya, kita mencoba masuk lebih dalam lagi kearah tersebut.Seperti sebuah permainan ular tangga di kertas/karton. Tidak akan mulai permainan kalau tidak ada dadu. Sama seperti pemikiran, pemikiran tidak akan muncul jika tidak ada rasa ingin tahu. Dan rasa ingin tahu ini timbul ketika manusia mulai meragukan suatu hal yang ia anggap sebagai permasalahannya. Mengutip dalam buku “Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Poluler” karangan Jujun S. Suriasumantri, ada berbagai jenis manusia yaitu, Ada orang yang tahu di tahu nya, Ada orang yang tahu di tidaktahuannya, Ada orang yang tidak tahu di tahunya, dan Ada orang yang tidak tahu di ketidak tahuannya[1]. Dalam hal ini mana yang akan Anda pilih? Yang pasti Anda tidak ingin masuk kedalam kategori “ada orang yang tidak tahu di ketidaktahuannya”.Hakikat manusia yang dilontarkan di atas memang tepat.Apa yang mendasari suatu kutipan di atas, yaitu adanya sifat keraguan yang ada dalam diri manusianya. Dan lagi-lagi, ketika mereka sudah mulai memahami apa bentuk dalam keraguan itu. Ia akan segera tahu, dan tersimpan dalam pikirnya bahwa apa yang ia dapat adalah pengetahuan.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akanpernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Adapun hasil dalam sebuah pemikiran filsafat dengan mendasar, menyeluruh, dan spekulatif ini akan menghasilkan suatu ilmu dengan teruji kebenaran dan hasil dari proses secara ilmiah. Yang pada dasarnya disebutkan para ahli filsafat, yaitu ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis melalui metode ilmiah yang telah teruji kebenarannya secara empiris.Saya sering membayangkan suatu objek tanpa saya melihat objek tersebut.Sering kali di perjalanan pulang kampus, saya berpikir.Siapa saya?Kenapa saya di lahirkan di dunia ini? Dan apa itu kematian? Pertanyaan pertanyaan ini yang saya jadikan dasar untuk saya berfilsafat.Dengan spekulatif saya mengambil pondasi pemikiran bahwa saya adalah mahkluk ciptaan Tuhan.
Setiap serapan yang kita terima dari luar diri, seperti kita mendengarkan suatu pembicaraan, pasti kita akan mendapatkan informasi, nah! Itulah yang dinamakan pengetahuan.Dengan berupa kajian yang mendalam, menyeluruh dan spekulatif serta teruji secara empiris, kalian tidak sadar bahwa kalian sedang membuat suatu ilmu baru.Dalam kaitannya dengan ini, ada karakteristik-karakteristik dari Ilmu Pengetahuan.Van Melsen mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu, yaitu : (1). ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren, (2). ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitanya dengan tanggung jawab ilmuwan, (3). universalitas ilmu pengetahuan, (4). objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak distorsi oleh prasangka-prasangak subjektif, (5) ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti yang bersangkutan, karena ilmu pengetahun harus dapat dikomunikasikan, (6). progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh apabila mengandung pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi, (7) kritis, artinya tidak ada teori ilmiah yang difinitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru,(8). ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dan praktis.
Manusia mempunyai daya imajinasi yang kuat. Daya imajinasi ini menjadikan manusia memiliki rasa ingin tahu yang dalam.Misal, kenapa burung bisa terbang?Sedangkan manusia dan burung sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.Nah, disini adanya analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan itu sendiri.Ontologiakan membahas tentang apa yang ingin diketahui. OntologI menganalisa tentang objek apa yang diteliti ilmu? Bagaimana wujud yang sebenar-benarnya dari objek tersebut? Manusia akan merasakan seperti orang paling bodoh jika ia menyamakan diri mereka dengan burung. Perkataan tersebut kebanyakan manusia meng-asumsi-kan ini sebagai tindakan bodoh.Tidak mungkin manusia bisa terbang, karena manusia tidak mempunyai sayap. Suatu bentuk sebuah peryataan dari perkiraan seseorang terhadap sebuah hal yang ia anggap masih ragu.Dan ini sudah menjadi deterministik (hukum alam) kebanyakan orang. Bahwa, ya memang manusia tidak akan bisa terbang. Adalah suatu hukum alam yang bersifat universal.Pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal.jadi, probabilistikdisini sangat tidak memungkinkan bahwa manusia akan bisa terbang. Suatu kemungkinan yang akan terjadi tanpa di sangka-sangka. Yang tidak meilhat pada hukum alamnya.Bisa disebut probabilistic ini adalah kemungkinan terkecil dari berbagai kemungkinan yang ada.Kecuali manusia mempunyai pilihan bebas, yang dimana adalah suatu kehendak manusia untuk menentukan pilihan. Dan tidak sama sekali terkait dengan hukum alam. Namun, seiring berkembangnya zaman, setiap kebutuhan pun akan bertambah. Zaman dahulu, manusia beranggapan bahwa ia tidak bisa terbang sama seperti burung, namun di era revolusi industry, ada yang menciptakan pesawat terbang yang diperuntukkan bagi manusia agar bisa terbang. Jadi, adanya usaha untuk menjawab bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana? Dan apa kriteria kebenaran itu? Ini sama seperti dosen filsafat saya berucap kata Epistemologi. Dalam suatu problema akan pertanyaan, apakah manusia bisa terbang layaknya seekor burung? Disini para filsafat berfikir layaknya mereka adalah seorang filsafati. Dimana ia mencoba membenarkan apa yang menjadi pertanyaannya.Dan ketika sudah menelisik lebih jauh. Kita akan mendapatkan suatu hasil yang kita kaji ini. Seberapa manfaat yang di peroleh manusia dari pengetahuan yang di dapatkannya.Adalah aksiologi yang ilmu nya terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normative dalam pemberian makna terhadap suatu kebenaran atau kenyataan. Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang beruap ilmu itu dipergunakan.
Dalam kaitannya tentang hal yang di atas tadi. Manusia akan mencoba memainkan segenap komponen otaknya dengan proses penalaran. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.Apakah nalar jika manusia itu bias terbang? Kebanyakan orang langsung berucap kata tidak! Tidak mungkin manusia bisa terbang!. Adanya suatu proses berpikir secara logic. Dalam penalaran, ada dua metode kita berpikir dengan logika.Yaitu logika induktif dan logika deduktif.Suatu ketika, sepontan seseorang berpikir kalo ia ingin terbang ketika melihat burung bisa terbang. Namun, melihat keterbatasan fisik. Orang ini mengakui kalau ia tidak dapat terbang. Dan melihat, dan memperhatikan sekitar.Ia menyimpulkan bahwa memang manusia tidak dapat terbang hanya dengan fisiknya saja. Itu adalah penalaran dalam bentuk logika induktif. Yaitu cara penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual menjadi kesimpulan yang sifatnya umum. Berbeda dengan seorang yang mengamati sekitar.Kenapa orang berbeda dengan burung. Orang - berjalan. Burung – terbang. Dari sini ia menarik kesimpulan bahwa, pada dasarnya memang manusia tidak dapat terbang. Itu adalah , yaitu cara penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menajdi kasus yang bersifat individu.
Banyak sekali spekulasi-spekulasi yang akan hadir yang akan menjadi dasar untuk kita mempertanyakan suatu hal lagi. Dan dari situ akan timbul peryataan peryataan. Dilihat dari kriteria kebenaran sendiri.Bahwa memang benar, “kalau manusia tidak akan bisa terbang”.dan ini dijadikan benar oleh setiap manusia. Maka peryataan bahwa “ budi pun juga tidak akan bisa terbang” adalah benar pula.sebab peryataan kedua konsisten dengan yang pertama, dan ini sebut kebenaran koherensi.Berbeda lagi jika ada yang mengatakan “manusia tidak bisa terbang” jika dia melihat ya karena manusia tidak mempunyai sayap atau alat bantu lainnya untuk bisa terbang. Dari sini kebenaran dilihat atas dasar persesuaian antara peryataan tentang fakta dan fakta itu sendiri.Suatu peryataan di anggap benar jika materi pengetahuan yang diakndung di dalamnya berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan.Dan ada lagi, suatu peryataan di anggap benar jika peryataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan.Pada dahulu memang banyak orang membenarkan bahwa manusia tidak bisa terbang dilihat dari kegunaannya sendiri, manusia hanya bisa berjalan dengan kaki.Namun seiring berjalannya waktu. Para ilmuan, menemukan suatu cara untuk menjadikan manusia itu bisa terbang dengan alat bantu. Yaitu pesawat.Maka peryataan dulu yang mengatakan “manusia tidak bias terbang” itu di tinggalkan.Karena peryataan itu sudah berubah nilai guna.Dan dapat dikatakan benar oleh semua orang.Kriteria kebenaran pragmatis lah yang berbicara seperti itu.
Dari semua hasil sudut pandang kebanyakan orang.Salah satu anak cucu Adam berpikir.Adakah peranan bagi kemaslahatan umat manusia jika kita mempelajari ini?Apa? Dan bagaimana?Jika suatu hasil dari pemkiran manusia itu adalah pada dasarnya sangat berperan sekali bagi kemaslahatan umat. Bagaimana seorang filsafati atau para penemu terdahulu membuat suatu percobaan yang ia yakini, ini akan membawa dampak bagi banyak orang. Contoh diatas bisa kita jadikan pacuan.Bahwa, anggapan mengenai “manusia tidak akan bisa terbang” itu dipecahkan oleh mereka yang menemukan pesawat, balon udara, dsb. Dari situ kita tarik kesimpulan bahwa, mereka akan berpikir kedepan mengenai peradaban manusia. Kebutuhan dan kenginan manusia bergam dan setiap waktu akan selalu bertambah. Filsafat ilmu yang menjadikan ini sederhana. Simpul Socrates, ialah bahwa saya tidak tahu apa apa! Adalah bukan maksud ia bodoh, namun ia mencoba untuk menjadikan filsafat ini hanya mempermasalahkan permasalahan yang pokok. Ilmu adalah serangkaian proses kita berfilsaafat. Dari sini, kita bisa memahami, untuk apa kebermanfaat kita menajdikan itu sebuah ilmu. Apakah bermanfaat bagi orang banyak?Apakah peranannya?Dan tidak banyak orang yang tidak merasakan hal tersebut.Tanpa kita sadari, sebuah science telah membantu menyelesaikan permasalahan manusia dalam hidupnya. Manusia akan mudah melakukan suatu hal ats dasar dasar yang jelas dan tidak abstrak. Dan untuk saat ini, keberadaan ilmu pengetahuan pun menjadi objek vital untuk di sentuh.Karena, sudah semakin banyak pemikiran radikal mengenai hal ini.Ilmu yang mereka dapat, mereka jadikan doktrin kuat di dalam diri. Sehingga, kritikan dan saran yg ia dapat sebagai tong kosong nyaring bunyinya.
Akan sangat berarti jika manusia memaknai tentang keberadaan suatu ilmu ini. Atas dasar apa ilmu itu di hasilkan? Dan sangat disayangkan jika pada nantinya, manusia hanya mengikuti alir dan alur yang telah di buat Tuhannya kepadanya. Mereka tidak menumbuhkan rasa peka akan apa yang ia dapat dalam hidup. Sebenarnya, kepekaan ini akan menjadikan ilmu pengetahuan berperan bagi kemaslahatan umat manusia.Fungsi selaku ilmuan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individu namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya ini sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuwan adalah konsisiten dengan proses penelaahan keilmuwan yang di lakukan. Semua penelaahan ilmiah dimulai dengan menentukan masalah. Demikian pula halnya dengan proses pengambilan keputusan dalam masyarakat.


[1] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), hal 19

Komentar

Postingan Populer