Nyata di Depan Pagi

Di malam yang lama, mimpiku bertemakan kamu. Sesaat sebelum udara pagi bersahabat dengan barisan jati di depan rumah, sebelum langit menjadi semburat hijau dan biru.

Ada wajah yang teduh di mimpi itu. senyuman yang terasa begitu dekat, cemberut yang berbicara, saat kau berpaling pergi dan ingin kutemukan, semua itu begitu nyata, di mimpi.

Sampai mata membuka dan aku masih mengingat-ingat, di mana matahari sudah pas menemani lari di pagi hari, aku tidak ingin lari dari mimpi. Hanya di sana, semua terasa dekat.

Lain hal ketika di sini. Duduk sambil ngopi di bawah langit sore menantikan senja yang mega. Senang mengingat-ingat saat mimpiku bertemakan kamu. Seketika hadir membawa semangat menjalani hidup, walau hidup tidak cukup hanya dengan memimpikanmu kemudian menjadi semangat.

Aku tahu diri. Aku tidak bisa lama-lama duduk menunggu senja yang mega di kota di mana pelangi selalu di rindukan penduduknya. Senja hari ini terlihat tersisa. Hanya awan yang kelabu menutup sisa-sisa matahari. Cahayanya yang kuning-keemasan membaur bersama awan tipis yang tua.

Di suatu sisa senja yang akan berganti, aku masih bodoh menantimu lewat di bawah lembayung yang basah. Yang hanya berharap kamu kutemukan, seperti mimpi yang bertemakan kamu akan berganti atau berlanjut lagi.

Tapi masih ingat diri yang tidak tahu balas budi. Sebab apa yang menjadi baik dari semesta yang begitu berbaik hati, belum tahu kalau ada yang merancang skenario mahaindah ini. Walau hanya bermimpi, seakan terasa nyata di depan pagi. Dia yang membolak-balikan hati, yang mencipta kebahagiaan. Dia yang tahu mana yang baik untukku mana yang baik untuk agamaku, mungkin kamu, mungkin juga bukan.

Sekarang aku harus bergegas, waktu terasa cepat untuk hanya sekadar menanti. Aku mesti belajar lagi. Sebab menjadi baik untuk diri dan sekitar kita bukan karena orang lain telah baik, sekalipun kamu, tapi karena Allah telah baik kepada hambaNya.

#menangkapmu #semoga


(Flyover Fatmawati, 12 Desember 2019)

Komentar

Postingan Populer