KATA PENGANTAR

Kamu yang kukenal beberapa tahun lalu, kutulis ini agar abadi walau tak terbaca olehmu. Setidaknya ini akan memantikku mengutarakan apa yang gemuruh di suatu tempat yang rapuh. Di saat kamu sejenak rehat di tempat yang kamu suka, semoga tulisan ini bisa tersampaikan walau terabaikan.

Tulisan ini sungguh bukan tentang senja yang pernah ditunggu saat menantimu lewat dari tempat kerjaan. Bukan tentang hujan yang tiba-tiba, membawa lamunku berbias kamu saat berkendara. Bukan lagi prosa yang kupunya di profil sosmed, yang usang, biasa, membosankan dan tak terbaca kamu.

Tak ada tentang untuk tulisan ini. Tak ada judul yang bisa disisipkan. Tak ada lagi yang bisa diperbuat saat yang merah-muda mewarnai dada kecuali mengatakannya. Setidaknya, apa yang dipendam telah genap tersampaikan.

Semesta yang selalu baik, terima kasih.

Kala kali pertama bertemu dengannya di suatu sore yang biasa. Untuk waktu dan tempat yang telah menyilakan agar bisa berlama melihatnya, bersemangat menemuinya, berdoa menyemat namanya. Dan hujan, terima kasih telah tiba membawa cara memendam rasa menjadi diam-diam mengabadi.

Kemarin kulihat buku dari penyair favoritnya. Di judul tertulis, “dikatakan atau tidak dikatakan, itu tetap cinta”. Lalu aku diam, senyum untuk waktu yang tidak sebentar. Lanjut melirik ke arah ponsel,  membuka notifikasi pesan yang tertulis namanya, dan masih berceklis dua biru. Kini waktu berhenti, kecuali aku yang melanjutkan langkah.

Sebelumnya, seorang sahabat dengan penuh nasihat menyampaikan ini padaku, “nikah itu nasib, cinta itu takdir”. Mungkin saja di antara miliaran manusia, ada yang nasibnya ditinggal nikah oleh seseorang yang dicintainya atau tidak jadi menikah karena terlanjur ditolak mentah-mentah. Dan mungkin saja, jika salah satunya nasibku, setidaknya aku ditakdirkan untuk mencintaimu.

Sungguh, menerima dan berdamai dengan semua adalah sebaik-baiknya cara. Menerima kenyataan bahwa Allah menakdirkan kita untuk bertemu lalu berteman, saja. Berhenti sampai di sana. Apalagi yang bisa diinginkan dari takdir mahaindah ini selain bersyukur, karena Allah-lah perasaan ini dibalik kembali ke arah yang kutuju semestinya.

#menangkapmu #berguguran


(di kamar, 28 Januari 2020)

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer