Sajak Daun Kepada Pohonnya
Sore ini, jemariku kembali mengelitik menggetarkan kalbu.
Mengenai isyarat masa lalu yang dulu sempat berjalan.
Menulis saja aku takan sanggup
Apalagi untuk harus menuangkan semuanya yang ada dipikiran dan juga perasaan.
Jika aku sedang merindukanmu.
Segala kejadian yang pernah kita alami, lalui dan rasakan. Segala ingatan ini sulit kusimpan rapat rapat di dalam lemari otakku.
Karena ku merindukanmu.
Dan sulit untuk melupakanmu.
Kapan kita akan bertemu lagi?
Sebuah pertanyaan yang terus terulang seribu kali ditelingamu dan juga aku pastinya.
Aku tahu kamu sedang merindukanku juga.
Aku tidak bisa membohongi itu, membohongi rasa ketika perjumpaan kita kemarin lalu.
Sehabis aku menunaikan kewajibanku dan kau, bak Tuan Putri hadir dihadapanku.
Menggetarkan relungku dan menggoreskan kalimat "rindu" ditulang-tulangku.
Membuatku ngilu tujuh hari tujuh malam, karena rindu ini belum bisa, dan takkan bisa disembuhkan.
Ketika ku tatap dirimu pada layar kaca ingatanku.
Aku mengetahui kamu sengaja menolaknya, menolak untuk menerima sapaanku.
Namun kamu sendiri tidak bisa menyembunyikan senyum khasmu kepadaku, untukku, hanya aku. seorang. Di parkiran, kala itu. . .
Sajak Daun Kepada Pohonnya
...
sekali jatuh, biar itu hanya satu. tetap jatuh.
Kepada pohon, daun tidak ada salah.
Tapi daun, selalu jatuh.
Pohon, juga tidak punya amarah.
Tapi pohon, selalu melepaskan.
...
Gugurnya daun, takkan dapat kembali lagi.
Pohon ingin seperti daun.
agar bisa jatuh disisi daun.
agar takkan selalu melepaskannya
Komentar
Posting Komentar