KEEMPAT: Nokturnal

/ 4 Jan / 03:23 /

Setidaknya jika makhluk noturnal mau merasakan pagi, maka terjagalah sampai terang. Sampai kantukmu hilang bersama dengkuran. Sejujurnya kantukku telah menyapa, tapi kupingku budeg tiba-tiba, maaf.

Kenapa ya, diskusi malam itu seru dibanding di waktu pagi/siang. Tetapi diskusi dari malam sampai pagi itu jauh lebih seru. Jauh-lebih-seru.

Tidak perlu banyak orang, hanya dua tiga sampai empat orang sudah cukup. Hanya ditemani kopi dan temanannya. Dan hanya berdiskusi pula kau bisa kembali segar serta terjaga bersama malam. Bahkan sampai adzan mengingatkan untuk beribadah sepertiga malam, tetap saja berdiskusi.

Mungkin itu salah satu kebiasaan bagi kaum nokturnal. Sebelas-dua belas dengan para Petapa berjanggut dan bapak Satpam berkumis. Kebiasaan buruk bagi yang merasa baik, dan sebaliknya. Baik bagi yang, tidak, ini jelas tidak baik.

Banyak penelitian menyatakan dalam tulisan yang begitu berpengetahuan: kalau manusia nokturnal itu tingkat intelegensinya tinggi dengan kekreatifitas yang tiada tara. Halah. Percayalah, mau sepintar dan sekreatif apapun kamu jika belum bisa mengatur waktu demi kesehatan badanmu, buat apa?

Mungkin ini kekesalan serta kekagumanku pada makhluk nokturnal seperti itu. Dan sepertinya aku akan baru terlelap setelah terik matahari siang membukakan pintu kepada cahaya kuning keemasan yang mengilap tatkala hendak merayapi tembok gedung dan aspal jalan.

Sekian.
Selamat fajar.

Komentar

Postingan Populer