Coretan #7 Anak-Anak Puisi

Pria lawas itu berceloteh. Berdentum semu di telinga anak-anak puisi yang dibekali bahasa ibu dari kampung halaman, dan diksi hanya untuk ongkos pulang-pergi.

Anak-anak yang kesehariannya bermain kata dengan rintikan baris yang tampiasnya ricik di hulu kertas, begitu senang bertemu dengan tokoh idaman.

Mungkin, ketika mereka kembali, mimpi indah sudah mengepungnya di langit-langit kamar. Mungkin pula, sinyal buruk akan berdenyut di nadi sang malam, bila mesti menemani anak-anak puisi bermain sajak monotonnya tentang sang idola. Sulit dicegah, mereka telah menjelma kalong di padang rembulan.

Bahasa Ibu pun memanggil, meminta mereka berdamai dengan bahasa kasur. Jika diacuhkan perintah sang Ibu, angin bertindak. Ia mampu melata pada celah jendela, bergerilya menyeka mimpi-mimpi yang berantakan di atap kamar.

Sebagaimana seorang anak, mereka patuhi perintah Ibu. Ditutupnya ingatan itu dengan bijak, dicegahnya dari penyakit lansia yang suka kambuh tiba-tiba.


Komentar

Postingan Populer