Sekelumit Permasalahan di Kampus Perjuangan
Nama : Alvyn Naufal Mahmaris
Fakultas : Ilmu Pendidikan
Kelompok : 3
Tema : Isu di Kampus Universitas Negeri
Jakarta
Judul
Essai : Sekelumit Permasalahan di Kampus Perjuangan
Pada
dasarnya, manusia tidak akan luput dari apa yang dinamakan masalah. Seorang
ahli pernah berkata bahwa, “berbahagialah
kamu yang mendapat masalah, bahwa jika kau tak punya masalah, itu adalah
masalahmu”. Bentuk masalah itu juga sangat beragam dan penyebab terjadinya
masalah juga amat banyak, ada yang dari internal dan eksternal. Kita sebagai
makhluk yang tak sempurna, harus bisa menyempurnakan apa yang tlah diberikan
oleh-Nya. Seiring perjalanan, cermat-cermatlah dalam menapaki hidup yang tak
kunjung usai dengan berbagai masalah yang mengintai. Kali ini ada beberapa
ringkasan yang mewakilkan permasalahan di kampus perjuangan, Universitas Negeri
Jakarta.
Jika kita mengenal UNJ, kita tak
akan pernah lupa dari masyarakat yang selalu mewarnai jalannya proses kehidupan
di kampus ini. Banyak sekali masyarakat dari berbagai profesi yang membanting
tulang hanya untuk mengabdikan dirinya di UNJ, dan tak dipungkiri juga ada yang
bekerja untuk mendapatkan uang dengan mudah lewat berbagai cara. Namun ada juga
yang bekerja pindah-pindah tempat. Salah satunya, adalah pasangan suami istri
yang mencari nafkahnya dengan berjualan minuman dan berbagai jenis rokok di
kampus ini. Beliau bernama bapak Junaidi, akrab dipanggil “pakde” oleh
mahasiswa sekitar. Dengan usia hampir 50 tahun ini ia merelakan waktu tuanya
dengan berjualan di kampus, bersama istri tercinta ia tiap hari melayani
mahasiswa yang ingin membeli minuman ataupun rokok. Tak dipungkiri lagi,
kehebatan beliau dalam mengarungi pekerjaan ini selama hampir 16 tahun di
kampus UNJ. Dari tahun 1999 ia berjualan dengan istrinya, ibu Junaidi.
Namun, yang harus digarisbawahi dan harus diperhatian lagi ialah, tempat ia
berjualan sanga tidak layak, ia berjualan dibelakang parkiran mobil bagian UNJ
depan. Karena ia tidak dapat izin berjualan ditempat yang layak, jadi ia
berpindah-pindah untuk bisa berjualan dengan ‘aman’. Hal ini yang menjadi
problema bagi bapak Junaidi dan istri. Pendapat ia mengenai UNJ sangatlah
kompleks. Ia hanya menuntut keadilan dari pimpinan UNJ untuk segera memberikan
tempat yang layak baginya. Sebelumnya, bapak Junaidi sudah mengajukan untuk
dapat tempat yang lebih layak, namun dari pihak atasan tak diproses-proses. Inilah
yang menjadi permasalahan di kampus ini. Bapak junaidi sudah memastikan atau
menerawang kedepan tentang pekerjaan yang ia kerjakan selama 16 tahun ini, “sepertinya saya akan ditendang keluar”. Dengan
nada itu beliau berucap. Hal ini dapat berpengaruh oleh kelangsungan ekonomi
keluarga. Walau rumahnya dekat dengan UNJ, di jl. Rawamangun, ia tetap saja menaruh
harapan banyak bagi UNJ untuk menerima ia berjualan disana. Tak hanya Pak
Junaidi yang menjadi korban kesewenang-wenangan ini. Banyak sekali para
pedagang yang nasibnya sama seperti pak Junaidi. Sudah dibuatkan surat kepada
para pedagang kaki lima untuk tidak berjualan di sekitaran kampus, namun apa yang
salah jika ia hanya berjualan untuk mencari nafkah bagi keluarganya, toh di
dalam kampus juga ada yang berjualan dan diberikan tempat yang layak. Mereka hanya
ingin di samaratakan hak dan kewajibannya sebagai pedagang yang
dagang di UNJ saja, tidak lebih.
Seharusnya, atasan/Rektor UNJ bisa menangani
ini dengan bijak dan adil. Jika ini dibiarkan saja, akan berdampak bagi
kehidupan korban juga, UNJ akan dicap sebagai kampus yang tak ber-perikemanusiaan.
Mungkin sudah kewajiban mahasiswa untuk membenahi juga memberikan layanan yang
berkeadilan bagi para masyarakat di dalam kampus. Sudah sepatutnya kita menoleh
kesamping, disekitar kita masih banyak yang butuh bantuan kita, mahasiswa. Kita
lah yang dijadikan pahlawan bagi mereka, karena mereka (para pedagang) ini
hanya bergantung sekali pada aspirasi kita.
Apa
yang kita harus perbuat dengan permasalahan ini?, apa yang harus kita ubah
dengan system tertutup yang ditanamkan sejak lama di kampus ini? Sudah saatnya
kita untuk bergerak bangkit, demi menuntut keadilan di kampus ini. Memegang suara
masyarakat kampus untuk bersatu padu dalam sinergis pembangunan demi masa depan
cemerlang. Ini yang menjadi sentuhan hangat dan asupan energi bagi masyarakat
khususnya para pedagang kaki lima, mereka akan tersenyum merdeka sama dengan
kita, mereka akan bersemangat dihari-harinya sama dengan kita. Tanpa memikirkan
lagi, kedepan mereka harus makan apa. Harapan dari bapak Junaidi sendiri untuk
UNJ adalah, “semoga, UNJ banyak perubahan dan saya ingin diberikan tempat yang
layak, udah itu saja dek.” Berkata beliau di tengah sekelumit permasalahan di
kampus perjuangan.
Komentar
Posting Komentar